Dampak pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19)
masih berkepanjangan dan sangat dirasakan dunia pendidikan. Sistem pembelajaran
di sekolah pada tahun ajaran baru 2020/2021 yang akan dimulai pada pertengahan
Juli 2020 pun belum berjalan normal. Masih banyak daerah tergolong zona merah,
kuning dan oranye belum bisa melakukan sistem pembelajaran secara tatap muka.
Tentu saja hal ini membuat kepala sekolah dan guru berpikir keras apa yang
harus dilakukan agar layanan pendidikan tetap berjalan dengan baik.
Dengan kondisi tersebut, sangat mungkin
kedatangan siswa ke sekolah akan dibatasi, baik jumlah hari maupun jumlah siswa
per kelas. Bisa jadi, siswa hanya belajar 2 atau 3 hari di sekolah, selebihnya
belajar di rumah. Begitu juga agar jaga jarak bisa dilakukan, setiap kelas
diisi separuh siswa saja, separuh lagi masuk hari berikutnya. Dengan kondisi
seperti ini, para kepala sekolah dan guru terus mencari model pembelajaran
efektif dan efisien digunakan pada kondisi di tersebut.
Salah satu model yang bisa digunakan adalah flipped classroom (pembelajaran
terbalik). Flipped classroom adalah model
pembelajaran di mana siswa sebelum belajar di kelas mempelajari materi lebih
dahulu di rumah sesuai dengan tugas yang diberikan oleh guru. Metode ini juga
digunakan oleh guru ketika ada siswa yang tidak hadir di kelas karena sesuatu
hal. Guru bisa membuat video apa yang diajarkannya dan diberikan kepada yang
tidak masuk kelas tersebut.
Jon Bergmann dan Aaron Sams, yaitu guru
kimia SMA Woodland Park di Colorado, Amerika Serikat, menggunakan metode ini
untuk membantu para siswanya yang tidak masuk kelas dengan membuat video
pembelajaran apa yang sudah mereka ajarkan. Hasilnya sangat bagus, siswa bisa
mengikuti pelajaran dan tidak ketinggalan. Model ini akhirnya dipakai juga oleh
siswa yang sudah belajar di kelas sebagai bahan memperdalam materi yang sudah
dipelajarinya.
Guru sebelum membahas materi yang akan di
ajarkan memberikan tugas terlebih dahulu kepada siswa untuk mempelajari materi
yang ada dalam media pembelajaran. Model belajar seperti ini membuat siswa
dituntut untuk lebih mandiri karena mereka mempelajari bahan terlebih dahulu
sebelum ada pertemuan di kelas. Model ini juga membuat siswa lebih aktif
karena dorongan keingintahuan mereka juga lebih tinggi.
Model ini juga cocok sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Era Industri 4.0. Perubahan model
belajar ini tentu membutuhkan pelatihan dan kesiapan guru, tenaga kependidikan,
dan para pejabat pendidikan dalam merancang rencana pelaksanaan pembelajaran
dan media pembelajaran yang compatible dengan perkembangan
teknologi saat ini.
Guru bisa dengan mudah mengunduh materi
yang akan dipelajari siswa dari berbagai learning management system (LMS) yang
sudah tersedia, baik dari Kemdikbud, yaitu Rumah Belajar dan TV Edukasi, maupun
menggunakan LMS dari swasta yang dapat diunduh secara gratis. Materi diserahkan
kepada siswa dengan diberi penjelasan apa yang harus dikerjakan dan akan
dibahas pada pertemuan berikutnya.
Pada saat siswa datang ke sekolah, guru
tinggal membahas dengan mereka, misalnya siswa diminta mempresentasikan apa
yang telah dipelajari. Dengan demikian, siswa terlatih mengomunikasikan apa
yang dipelajari kepada teman sejawat.
Untuk memperdalam materi yang dipelajari,
guru juga bisa mengajak siswa berdiskusi dalam kelompok kecil. Guru berperan
sebagai fasilitator dan berkeliling kelas untuk memotivasi sekaligus memantau
keaktifan siswa dalam berdiskusi.
Dengan model ini, siswa tidak perlu hadir
ke sekolah tiap hari. Jadi, seandainya tahun ajaran baru nanti siswa harus
masuk sekolah di selang-seling, metode ini sangat bagus. Siswa akan mengerjakan
tugas pada saat di rumah selama tiga hari dan masuk ke sekolah belajar di kelas
selama tiga hari. Model ini cocok untuk mengoptimalkan waktu di kelas yang
terbatas dan juga akan melatih siswa untuk mengelola waktu dengan baik.
Apakah hasil
belajar siswa yang menggunakan metode flipped classroom lebih baik?
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di
Amerika dan juga beberapa sekolah di Indonesia yang sudah mempraktikkan flipped classroom, hasilnya sangat
menggembirakan dan kualitasnya lebih baik. Para siswa yang mempraktikkan metode
ini motivasi belajarnya sangat tinggi, kreativitasnya meningkat, tanggungjawab
meningkat, siswa lebih aktif dalam PBM di kelas, dan nilai akademiknya lebih
baik jika dibandingkan cara belajar tradisional. Begitu juga para guru juga
merasa punya waktu lebih untuk berinteraksi dengan siswa.
Dengan model ini, tujuan kita untuk
membekali kemampuan siswa untuk berpikir kritis (critical thinking), bekerjasama (collaborative), kemampuan berkomunikasi (comunication skills), dan berpikir kreatif
dan inovatif (creative/innovative) dapat kita laksanakan
dengan baik. Guru tidak mendominasi waktu di kelas. Interaksi guru dan siswa
semakin baik dan semakin menyenangkan.
Post a Comment for "Flipped Classroom Model: Solusi bagi Pembelajaran Darurat Covid-19"