Setelah
dua tahun menyelenggarakan Program Organisasi Penggerak (POP), Ketua Program
dari EQUIC Indonesia, Zamhari menceritakan perubahan kondisi pembelajaran di
sekolah yang berhasil ia dampingi. Kondisi sekolah yang awalnya tidak
punya program literasi, perpustakaan tidak berfungsi sebagaimana mestinya, kini
secara sukarela dan gotong royong telah memiliki sarana dan prasarana yang
lebih baik untuk menunjang pembelajaran peserta didik.
“Kami tidak memberikan dana kepada sekolah, namun yang menjadi nilai plus
adalah mereka sukarela untuk mengimplementasikan tanpa meminta dana kepada
yayasan. Mereka melibatkan orang tua sebagai suatu paguyuban. Ini adalah hal
yang luar biasa. Awalnya yang hanya nol, tidak mengerti sama sekali, kemudian
secara bertahap mengikuti pelatihan program peningkatan mutu satuan pendidikan
yang kami selenggarakan,” tutur Zamhari.
Selain itu, meskipun terjadi pergantian kepala sekolah, kepala sekolah yang
baru secara terbuka mau melanjutkan program yang telah ada sebelumnya, sehingga
terbentuklah kesinambungan. Tidak hanya sampai di situ, di saat kondisi
pembelajaran di sekolah sudah semakin baik, sekolah ini juga mengundang
keterlibatan sekolah di sekitarnya untuk belajar bersama tentang literasi.
Terutama bagi sekolah yang tidak menjadi sasaran POP.
Selanjutnya, Zamhari mengatakan bahwa perubahan penting lain yang ia rasakan
selama melakukan pelatihan adalah adanya perubahan pola pikir. Berkat metode
pendekatan yang tepat dan bertahap, guru maupun kepala sekolah mudah diberi
pemahaman tentang literasi, numerasi dan pengembangan kompetensi.
“Mereka mampu memunculkan gagasan-gagasan baru yang bisa diterapkan dalam program
sekolah. Misalnya dulunya tidak ada pembiasaan, tidak ada pojok baca, dan
perpustakaan tidak berfungsi. (setelah pelatihan) Mereka tergerak untuk
menyusun program dan berkomitmen untuk melaksanakannya ketika mengajar di
kelas,” terang Zamhari menjelaskan berbagai praktik baik dalam model pengajaran
yang berjalan berkesinambungan baik saat latihan maupun ketika pembelajaran di
kelas.
Zamhari menyebut salah satu sekolah yang telah menunjukkan perubahan positif
tersebut adalah SD Negeri 1 Pujon Lor, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Menurutnya, sekolah ini memiliki sumber daya dan telah mengenal kompetensi yang
dimiliki. Dalam hal ini, sekolah tersebut memiliki sumber daya berupa peserta
didik yang aktif berkegiatan. Siswa-siswa di SD Negeri 1 Pujon Lor trampil
dalam berbagai macam pertunjukkan seperti drumben, Banjari, pencak silat, BTQ,
seni tari, dan sepak bola.
Oleh karena itu, memanfaatkan momen peringatan Bulan Bahasa, Hari Santri dan
Hari Sumpah Pemuda, kepala sekolah menyelenggarakan kegiatan pentas seni yang
diawali dengan Kirab budaya di sekitar lingkungan sekolah. Selanjutnya, dengan
turut melaksanakan Pekan Bahasa di sekolah, kepala sekolah ingin menumbuhkan
kesadaran dan memotivasi peserta didik untuk meningkatkan kemampuan literasi
melalui bakat dan minat yang disukai anak-anak.
“Ada pembiasaan membaca 15 menit sebelum belajar. Setelah membaca, siswa
diberikan kartu gerakan literasi sekolah. Di kartu itu tercantum apa saja yang
mereka baca, sampai mana, dan apa isinya. Mereka tidak hanya membaca tapi juga
membuat kesimpulan sederhana. Semoga pada tahun ini kami bisa menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan menumbuhkan minat dan bakat siswa kami,”
ujar Kepala Sekolah, Roihanah.
Dengan berbagai capaian yang memuaskan itu, Zamhari berharap POP dapat
berlanjut dengan pola yang tidak jauh berbeda. “Kami lihat kementerian dan
organisasi masyarakat (ormas) bergotong-royong meningkatkan mutu pendidikan.
Apa yang dimiliki ormas bisa dilakukan kementerian, dan apa yang dimiliki kementerian
bisa membantu ormas,” tuturnya menggarisbawahi pentingnya kolaborasi
antarseluruh pemangku kepentingan.
Berdasarkan pengalamannya, Zamhari menyebutkan bahwa, dengan POP, ormas yang
tahu kondisi di daerah dapat secara langsung berkontribusi dalam memperbaiki
mutu pendidikan. Oleh karena itu, ia mengajak seluruh ormas yang tergabung
dalam POP dapat terus bersinergi bersama.
Melihat dampak positif POP ini, Direktur Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru
dan Tenaga Kependidikan, Praptono menyampaikan dukungannya. “Saya sangat
mengapresiasi kerja keras dari tim ormas yang menyiapkan betul modul-modul
pelatihan dan perangkat-perangkat ajar sesuai dengan kebutuhan satuan
pendidikan,” tuturnya.
“Saya mendorong agar guru-guru dan kepala sekolah yang menjadi sasaran program
dan sudah mendapat pembekalan di berbagai tempat untuk segera melakukan
berbagai praktik peningkatan kompetensi siswa. Sekarang saatnya guru dan kepala
sekolah untuk menerapkan ilmu dan pembekalan yang didapatkan dari ormas dalam
mengimplementasikan program pembelajaran yang berpihak pada kebutuhan siswa,”
ujar Pak Praptono.
Program Organisasi Penggerak (POP) adalah program pemberdayaan masyarakat
secara masif melalui dukungan pemerintah untuk peningkatan kualitas guru dan
kepala sekolah berdasarkan model-model pelatihan yang sudah terbukti efektif
dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.
Program ini adalah bagian dari rangkaian terobosan kebijakan Kemendikbudristek
yang diluncurkan pada 10 Maret 2020 sebagai kebijakan Merdeka Belajar episode
keempat. Tujuannya, untuk meningkatkan kompetensi Pendidik dan Tenaga
Kependidikan dengan melibatkan peran serta Ormas bidang pendidikan yang
dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar peserta didik.
Organisasi yang sudah terdaftar dalam Komunitas Penggerak memiliki peluang
untuk berpartisipasi dalam Program Organisasi Penggerak. Program ini akan
mendorong hadirnya Sekolah Penggerak yang berkelanjutan dengan melibatkan peran
serta organisasi. Fokus utamanya adalah peningkatan kualitas pendidik dan
tenaga kependidikan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Organisasi yang berpartisipasi dapat menerima dukungan pemerintah sesuai dengan tiga kategori yaitu, Kategori I (Gajah), Kategori II (Macan), dan Kategori III (Kijang). Organisasi Penggerak hadir sebagai lompatan dan perwujudan inovasi pembelajaran untuk menghadapi tantangan dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik yang fokus pada peningkatan literasi, numerasi dan penguatan pendidikan karakter.
Sekilas tentang EQUIC
Yayasan Education Quality Improvement Consortium (EQUIC) Indonesia merupakan
salah satu organisasi masyarakat (ormas) di bidang pendidikan yang terlibat
dalam Program Organisasi Penggerak (POP) Kemendikbudristek. POP adalah program
kemitraan antara pemerintah dan masyarakat yang didasari oleh praktik baik yang
sudah terbukti. Kemitraan ini dilakukan dalam bentuk pelatihan dan pendampingan
bagi para kepala sekolah dan guru. Dengan cara seperti itu, terjadi peningkatan
kualitas dan kemampuan peserta didik.
EQUIC Indonesia merupakan organisasi masyarakat yang sejak akhir tahun 2009
berupaya mengembangkan pendidikan di wilayah pedesaan. Sebelum mengikuti
Program Organisasi Penggerak (POP), EQUIC Indonesia sudah melakukan praktik
baik dan berkolaborasi dengan banyak sekolah, khususnya sekolah di Malang
Selatan. Program utama EQUIC adalah peningkatan kapasitas guru dan tenaga
kependidikan untuk melakukan praktik baik dalam menumbuhkan komunitas belajar
yang tumbuh sukses bersama-sama.
EQUIC Indonesia merupakan organisasi masyarakat yang sejak akhir tahun 2009
berupaya mengembangkan pendidikan di wilayah pedesaan. Sebelum mengikuti
Program Organisasi Penggerak (POP), EQUIC Indonesia sudah melakukan praktik
baik dan berkolaborasi dengan banyak sekolah, khususnya sekolah di Malang
Selatan. Program utama EQUIC adalah peningkatan kapasitas guru dan tenaga
kependidikan untuk melakukan praktik baik dalam menumbuhkan komunitas belajar
yang tumbuh sukses bersama-sama.
POP yang diluncurkan Kemendikbudristek dinilai sangat cocok dengan aktivitas
dan semangat EQUIC Indonesia karena selama ini EQUIC telah mengadakan program
peningkatan kapasitas guru dan kepala sekolah di jenjang SD dan SMP dengan
masing-masing 20 SD dan 20 SMP di Kabupaten Malang.
Program numerasi dan literasi dari EQUIC Indonesia sudah berjalan selama dua
tahun. Di tahun 2021, EQUIC Indonesia melakukan intervensi kepada sekolah
dengan mengadakan pelatihan dan pendampingan. Untuk intervensi jenjang SD,
EQUIC Indonesia membuat empat modul, yaitu modul integrasi literasi dalam
kurikulum dan pembelajaran; perencanaan sekolah berbasis literasi;
perpustakaan; dan literasi digital.
Setelah modul disusun, EQUIC Indonesia melaksanakan pelatihan kepada
fasilitator (ToT atau Training
of Trainer). Fasilitator terdiri dari para pengawas yang dipilih
dari Koordinator Wilayah (Korwil) terdekat dari sekolah sasaran. Pemilihan
seperti ini dilakukan agar pendekatan ke sekolah lebih mudah sehingga potensi
dan kelemahan sekolah lebih mudah diketahui.
Setelah pelatihan selesai, dilakukan pendampingan ke sekolah untuk para peserta
pelatihan. Guru dan kepala sekolah yang mengikuti rangkaian pelatihan kemudian
mendiseminasikan hasil pelatihan mereka kepada guru lainnya. Sekolah melakukan
nobar (nonton bareng)
agar seluruh guru mendapatkan materi yang sama. Ketika pendampingan ini,
fasilitator memberikan penguatan implementasi hasil pelatihan.
EQUIC Indonesia juga rutin mengadakan monitoring
sebelum dan sesudah pelatihan. Di akhir tahun, EQUIC mengumpulkan sekolah untuk
melaksanakan evaluasi dan refleksi. Hasilnya bagus di mana sekolah menujukkan
peningkatan dalam proses pembelajarannya. “Kami memberikan kesempatan kepada
para guru untuk diseminasi kepada sekolah lain yang tidak tergabung menjadi sekolah
sasaran POP. Hal ini sudah dilaksanakan oleh 50 persen peserta kami,” pungkas
Zamhari. *** (Penulis: Tim Ditjen
GTK/Editor: Denty A.)
Sumber :
Post a Comment for "Dampak Positif Program Organisasi Penggerak dalam Peningkatan Mutu Pendidikan"