Sapa GTK episode ke-11 yang
kembali digelar oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen
GTK), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Kemendikbudristek) mengangkat tema “Implementasi Kurikulum Merdeka”. Acara
yang disiarkan melalui YouTube Ditjen GTK Kemdikbud RI tersebut membahas proses
pendaftaran di tahun ajaran 2023 yang berfokus kepada kebijakan, praktik baik,
dan call to action.
Oleh karena itu, penting bagi satuan pendidikan untuk mencermati potensi
sekolah dan mempertimbangkan pilihan model Kurikulum Merdeka sebelum melakukan
pendaftaran yang telah dibuka sejak 6 Februari lalu hingga 31 Maret mendatang.
Pada kesempatan ini, Pelaksana tugas Direktur Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan (Plt. Dirjen GTK), Nunuk Suryani, menjelaskan bahwa penerapan
Kurikulum Merdeka bukan hanya menyangkut soal perubahan administratif, seperti
perubahan istilah dan format dokumen. Lebih dari itu, penerapan Kurikulum
Merdeka adalah momentum untuk merefleksikan dan memperbaiki praktik
pembelajaran.
“Kurikulum Merdeka mendorong guru untuk menciptakan pembelajaran berkualitas
sesuai kebutuhan pelajar dan kondisi satuan pendidikan. Para guru tidak (perlu)
terburu-buru dalam mengajar dan pembelajaran (sehingga) bisa lebih mendalam,
karena kurikulum ini berfokus pada materi esensial,” kata Nunuk yang
disampaikan secara daring pada Rabu (15/2).
Nunuk Suryani mengungkapkan, salah satu keunggulan Kurikulum Merdeka yang
dilaksanakan melalui Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila akan memberi
waktu lebih banyak bagi peserta didik untuk mengembangkan kompetensi dan
karakter melalui belajar kelompok seputar konteks nyata. Dengan demikian,
Kurikulum Merdeka kata dia, akan memberi kesempatan bagi semua peserta didik di
Indonesia untuk menjadi pemelajar sepanjang hayat yang kompeten dan berkarakter
Pancasila.
“Kurikulum Merdeka juga memberikan fleksibilitas dan dukungan bagi pendidik
untuk bergotong-royong menciptakan pembelajaran berkualitas yang sesuai dengan
kebutuhan pelajar dan kondisi satuan pendidikan,” lanjut Nunuk.
Salah satu pembicara yakni Imam Firmanto, Guru SMA Negeri 20 Konawe Selatan,
mengungkapkan bahwa meskipun sekolahnya masih jauh dari kondisi ideal, tetapi
mereka memilih untuk melakukan implementasi Kurikulum Merdeka secara mandiri
karena melihat kondisi pendidikan siswa di daerah mereka timpang dengan daerah
lain.
“Sekolah kami mengambil keputusan untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka
secara mandiri karena kami mengamati dari tahun ke tahun, input atau yang masuk
ke sekolah kami dari sisi kognitif itu menengah ke bawah, baik dari sisi
ekonomi,” kata Imam.
Ia menyampaikan bahwa kemampuan awal siswa sangat rendah, termasuk dari sisi
karakter dan keterampilan sehingga membutuhkan ‘sentuhan’ dari guru-guru.
Kekurangan ini, menurut Imam, sangat sesuai dengan intisari atau karakter
Kurikulum Merdeka dengan fleksibilitasnya, termasuk bagaimana mengakomodir
kebutuhan peserta didik sehingga kebutuhan pembelajaran mereka dapat terpenuhi
dan dapat mengejar ketertinggalan pembelajaran mereka.
“Sebelum mengimplementasikan Kurikulum Merdeka kami (dewan guru) mempersiapkan
rapat pendaftaran. Kami mulai menimbang-nimbang dan melakukan refleksi aset dan
kemampuan sekolah. Dari rapat ini kami sepakat untuk mendaftar,” terang Imam
menceritakan bagaimana proses sekolahnya bersepakat mengambil jalur Mandiri
Berubah.
“Dengan Mandiri Berubah, kita sudah bisa mengimplementasikan Kurikulum Merdeka
secara utuh, juga semua instrumen-instrumennya sudah disediakan oleh
Kemendikbudristek melalui Platorm Merdeka Mengajar (PMM), sehingga kita tinggal
mengadopsi dan memodifikasi sesuai dengan karakter sekolah,” lanjut Imam.
Terkait dengan pendaftaran Kurikulum Merdeka tahun ajaran 2023/2024, pembicara
berikutnya yakni Nur Malik Maulana dari Balai Latihan Pendidikan Teknik Pusat
Data dan Informasi (BLPT Pusdatin) Kemendikbudristek, mengungkapkan bahwa
khusus untuk opsi kurikulum tertentu, satuan pendidikan masih diberi kesempatan
untuk mengubah opsi Kurikulum Merdeka yang akan diterapkan.
Khusus untuk satuan pendidikan yang sebelumnya memilih Kurikulum Merdeka
Mandiri Belajar, masih memiliki dua kesempatan lagi untuk mengubah pilihan ke
level Kurikulum Merdeka di atasnya yaitu Mandiri Berubah atau Mandiri Berbagi.
Kemudian, untuk satuan pendidikan yang sudah terdaftar di Kurikulum Merdeka
Mandiri Berubah, memiliki kesempatan satu kali untuk mengubah opsi kurikulum.
Meskipun hanya bisa naik ke level di atasnya yakni Kurikulum Merdeka Mandiri
Berbagi.
“Selama masa pendaftaran, satuan pendidikan dapat mengubah opsi Kurikulum
Merdeka meskipun ia sudah memutuskan untuk mendaftar. Masih ada kesempatan
untuk berdiskusi dengan pengelola,” terang Nur lebih lanjut.
Sementara itu, untuk satuan pendidikan yang sudah terdaftar di Kurikulum
Merdeka Mandiri Berbagi, tidak bisa berubah untuk mengambil dua opsi kurikulum
pada level di bawahnya. Mereka hanya punya pilihan untuk menjalankan Kurikulum
Merdeka Mandiri Berbagi.
Selain itu, hal yang tidak kalah penting untuk dipersiapkan sekolah sebelum
melakukan pendaftaran adalah mengunduh aplikasi PMM dan menyiapkan akun
belajar.id. (Tim Kurikulum
Merdeka/Editor: Denty A.)
Post a Comment for "Satuan Pendidikan Diminta Cermati Opsi Kurikulum Merdeka Sesuai Karakter"