Dalam perkembangan terbaru dunia pendidikan, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah melakukan transformasi dalam lingkungan Pendidikan.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti telah mengumumkan bahwa Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) secara resmi dihapuskan dan digantikan dengan kebijakan baru yang disebut P7.
Kebijakan baru ini diharapkan dapat memberikan dampak yang lebih signifikan terhadap kualitas pendidikan di Indonesia.
Kebijakan Kurikulum yang Lebih Relevan untuk Tantangan Zaman
P7 adalah kebijakan kurikulum terbaru yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran dan memastikan bahwa siswa memperoleh keterampilan yang lebih relevan dengan tantangan zaman.
Program ini tidak hanya fokus pada karakter, tetapi juga mengintegrasikan keterampilan abad ke-21 seperti teknologi, literasi digital, serta kewirausahaan yang aplikatif dalam pembelajaran.
P7 dirancang untuk membentuk karakter dan kompetensi siswa secara lebih holistik dan kontekstual, memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan relevan untuk mempersiapkan siswa menghadapi tantangan global.
Perbedaan Mendasar antara P5 dan P7
Terdapat beberapa perbedaan mendasar antara P5 yang sebelumnya diterapkan dan P7 yang mulai berlaku pada tahun ajaran baru 2025/2026.
Berikut adalah perbedaan tersebut:
1. Pendekatan Pembelajaran
P5 berbasis proyek dengan fokus utama pada penguatan karakter pelajar sesuai nilai-nilai Pancasila, Sedangkan P7 Mengadopsi pendekatan yang lebih luas dengan mengintegrasikan keterampilan teknologi, literasi digital, serta kewirausahaan dalam pembelajaran.
2. Struktur dan Implementasi
P5 dijalankan sebagai proyek terpisah dalam kurikulum dengan kegiatan berbasis tematik, sedangkan P7 Terintegrasi langsung dalam seluruh mata pelajaran untuk memastikan keberlanjutan dan relevansi di berbagai bidang studi.
3. Fokus Kompetensi
P5 Menitikberatkan pada nilai-nilai karakter dan kebangsaan, sementara P7 Memadukan aspek karakter, keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan pemecahan masalah berbasis dunia nyata.
4. Metode Evaluasi
P5 dinilai melalui proyek-proyek yang dihasilkan siswa, sementara P7 Menggunakan kombinasi asesmen formatif dan sumatif yang mencakup proyek, keterampilan praktis, serta uji kompetensi.
Alasan Penghapusan P5 dan Penerapan P7
Ada beberapa alasan yang mendasari keputusan untuk menghapus P5 dan menggantinya dengan P7:
1. Efektivitas Program P5
Meskipun dirancang untuk memperkuat karakter siswa berdasarkan nilai-nilai Pancasila, P5 dinilai tidak efektif dalam mencapai tujuan utamanya.
Banyak sekolah yang lebih fokus pada penampilan megah dalam kegiatan P5, ketimbang memaknai dan mengimplementasikan esensi dari program tersebut.
2. Kebutuhan terhadap Pendekatan yang Lebih Holistik
P7 dirancang untuk lebih holistik, kontekstual, dan berpusat pada peserta didik. Dengan pendekatan yang lebih eksploratif dan berbasis pada kebutuhan zaman, P7 diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna bagi siswa.
3. Mengatasi Tantangan yang Dihadapi oleh P5
Program P5 menghadapi berbagai tantangan dalam implementasinya, seperti kurangnya pemahaman dan dukungan dari pihak terkait, keterbatasan sumber daya, dan kesiapan guru.
P7 dirancang untuk mengatasi masalah-masalah ini, dengan meningkatkan kolaborasi antara sekolah dan masyarakat serta mengintegrasikan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.***
Sumber : https://www.suarananggroe.com/pendidikan/76714633660/transformasi-pendidikan-penghapusan-p5-dan-penerapan-p7?page=3
Post a Comment for "Transformasi Pendidikan! Penghapusan P5 dan Penerapan P7 "