Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato kenegaraan
dalam Sidang Tahunan MPR RI di kompleks Parlemen Gedung DPR/MPR, Jumat
(14/8/2020).
Dalam pidatonya, Jokowi menyampaikan salah satunya
terkait penanganan pandemi COVID-19.
Berikut naskah lengkap pidato Presiden Jokowi yang
dibacakan dalam Rapat Paripurna DPR 2019:
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Selamat siang,
Salam sejahtera bagi kita semua,
Om Swastyastu,
Namo Buddhaya,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan.
Yang saya hormati Wakil Presiden Republik Indonesia Bapak Prof. KH. Ma’ruf
Amin,
Yang saya hormati Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia,
Yang saya hormati Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik
Indonesia,
Yang saya hormati Pimpinan dan Anggota Lembaga-Lembaga Negara,
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Maju, Panglima TNI, Kapolri,
Kepala Lembaga Pemerintahan, dan Jaksa Agung,
Hadirin sekalian dan Saudara- saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air.
Pandemi COVID-19 telah menjadi bencana kesehatan dan kemanusiaan di abad
ini yang berimbas pada semua lini kehidupan manusia. Berawal dari masalah
kesehatan, dampak pandemi COVID-19 telah meluas ke masalah sosial, masalah
ekonomi, bahkan ke sektor keuangan.
Penanganan yang luar biasa telah dilakukan oleh banyak negara, terutama
melalui stimulus fiskal. Jerman mengalokasikan stimulus fiskal sebesar 24,8
persen dari PDB- nya, namun pertumbuhannya terkontraksi minus 11,7 persen di
kuartal kedua 2020. Amerika Serikat mengalokasikan 13,6 persen dari PDB, namun
pertumbuhan ekonominya juga minus 9,5 persen.China mengalokasikan
stimulus 6,2 persen dari PDB-nya, dan telah kembali tumbuh positif 3,2 persen
di kuartal kedua, namun tumbuh minus 6,8 persen di kuartal sebelumnya.
Kita pun melakukan langkah yang luar biasa. Undang-Undang Nomor 2 tahun
2020 antara lain memberi relaksasi defisit APBN dapat diperlebar di atas 3
persen selama 3 tahun. Tahun 2020, APBN telah diubah dengan defisit sebesar
5,07 persen dari PDB dan kemudian meningkat lagi menjadi 6,34 persen dari PDB.
Pelebaran defisit dilakukan mengingat kebutuhan belanja negara untuk penanganan
kesehatan dan perekonomian meningkat pada saat pendapatan negara mengalami
penurunan.
Hadirin yang saya muliakan,
Saat ini kita juga harus fokus mempersiapkan diri menghadapi tahun 2021.
Ketidakpastian global maupun domestik masih akan terjadi. Program pemulihan
ekonomi akan terus dilanjutkan bersamaan dengan reformasi di berbagai bidang.
Kebijakan relaksasi defisit melebihi 3 persen dari PDB masih diperlukan, dengan
tetap menjaga kehati-hatian, kredibilitas, dan kesinambungan fiskal.
Rancangan kebijakan APBN 2021 diarahkan untuk, pertama mempercepat
pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi COVID-19; kedua, mendorong reformasi
struktural untuk meningkatkan produktivitas, inovasi, dan daya saing ekonomi;
ketiga, mempercepat transformasi ekonomi menuju era digital; serta keempat,
pemanfaatan dan antisipasi perubahan demografi. Karena akan banyak
ketidakpastian, RAPBN harus mengantisipasi ketidakpastian pemulihan ekonomi
dunia, volatilitas harga komoditas, serta perkembangan tatanan sosial ekonomi
dan geopolitik, dan efektivitas pemulihan ekonomi nasional, serta kondisi dan
stabilitas sektor keuangan.
Pelaksanaan reformasi fundamental juga harus dilakukan: reformasi
pendidikan, reformasi kesehatan, reformasi perlindungan sosial, dan reformasi
sistem penganggaran dan perpajakan. Dengan berpijak pada strategi tersebut,
Pemerintah mengusung tema kebijakan fiskal tahun 2021, yaitu “Percepatan
Pemulihan Ekonomi dan Penguatan Reformasi”.
Hadirin yang saya muliakan,
Asumsi indikator ekonomi makro yang kami pergunakan adalah sebagai berikut.
Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan mencapai 4,5 persen sampai dengan 5,5
persen. Tingkat pertumbuhan ekonomi ini diharapkan didukung oleh peningkatan
konsumsi domestik dan investasi sebagai motor penggerak utama. Inflasi akan
tetap terjaga pada tingkat 3 persen, untuk mendukung daya beli masyarakat.
Rupiah diperkirakan bergerak pada kisaran Rp14.600 per satu US Dollar.
Selain itu, suku bunga SBN 10 tahun yang diperkirakan sekitar 7,29 persen.
Harga minyak mentah Indonesia (ICP) diperkirakan akan berkisar 45 US
Dollar per barel. Liftingminyak dan gas bumi
diperkirakan masing-masing mencapai 705.000 barel dan 1.007.000 barel setara
minyak per hari.
Ketua, para Wakil Ketua, dan para Anggota DPR RI dan DPD RI yang saya
muliakan,
Dalam RAPBN tahun 2021, defisit anggaran direncanakan sekitar 5,5 persen dari
PDB atau sebesar Rp971,2 triliun. Defisit ini lebih rendah dibandingkan defisit
anggaran tahun 2020 sekitar 6,34 persen dari PDB atau sebesar Rp1.039,2
triliun.
Anggaran kesehatan direncanakan sebesar Rp169,7 triliun atau setara 6,2
persen APBN, dan diarahkan terutama untuk peningkatan dan pemerataan dari sisi
suplai, serta dukungan untuk pengadaan vaksin; meningkatkan nutrisi ibu hamil
dan menyusui, balita, penanganan penyakit menular, serta akselerasi
penurunan stunting; kemudian juga untuk perbaikan efektivitas dan
keberlanjutan program jaminan kesehatan nasional serta penguatan pencegahan,
deteksi, dan respons penyakit, serta sistem kesehatan yang terintegrasi.
Anggaran pendidikan tahun 2021 sebesar Rp549,5 triliun atau 20 persen dari
APBN akan difokuskan untuk meningkatkan kualitas SDM, kemampuan adaptasi
teknologi, peningkatan produktivitas melalui pengetahuan ekonomi di era
industri 4.0. Pemerintah akan melakukan reformasi pendidikan melalui
transformasi kepemimpinan kepala sekolah, transformasi pendidikan dan pelatihan
guru, mengajar sesuai tingkat kemampuan siswa, standar penilaian global, serta
kemitraan daerah dan masyarakat sipil.
Selain itu, dilakukan kebijakan lainnya di bidang pendidikan, melalui
penguatan program vokasi dan Kartu Prakerja, penguatan penyelenggaraan PAUD,
peningkatan efektivitas penyaluran bantuan pendidikan lewat BOS, PIP, dan LPDP,
percepatan peningkatan kualitas sarpras pendidikan terutama untuk daerah 3T
(Tertinggal, Terdepan, dan Terluar), serta penajaman KIP Kuliah dan pendanaan
pendidikan tinggi.
Pembangunan Teknologi Komunikasi dan Informasi (ICT) di tahun 2021 dengan
anggaran Rp30,5 triliun (termasuk melalui TKDD) difokuskan untuk mengakselerasi
transformasi digital untuk penyelenggaraan pemerintahan; mewujudkan pelayanan
publik yang efisien dan cepat, seperti bidang pendidikan, kesehatan, dan
pemerintahan; mengonsolidasi dan mengoptimasi infrastruktur dan layanan
bersama; serta mewujudkan inklusi masyarakat di wilayah prioritas pembangunan
dan mendorong kesetaraan dengan tambahan akses internet pada sekitar 4.000 desa
dan kelurahan di daerah 3T.
Pembangunan infrastruktur di tahun 2021 dianggarkan sekitar Rp414 triliun
yang utamanya untuk pemulihan ekonomi, penyediaan layanan dasar, serta
peningkatan konektivitas. Pandemi COVID-19 menunjukkan bahwa ketersediaan dan
berfungsinya infrastruktur digital menjadi sangat penting dan strategis. Dengan
demikian, belanja infrastruktur diarahkan untuk penguatan infrastruktur digital
dan mendorong efisiensi logistik dan konektivitas; infrastruktur padat karya
yang mendukung kawasan industri dan pariwisata; serta pembangunan sarana
kesehatan masyarakat dan penyediaan kebutuhan dasar, seperti air, sanitasi, dan
permukiman.
Untuk ketahanan pangan, di tahun 2021 dianggarkan sekitar Rp104,2 triliun
yang diarahkan untuk mendorong produksi komoditas pangan dengan membangun
sarana prasarana dan penggunaan teknologi; revitalisasi sistem pangan nasional
dengan memperkuat korporasi petani dan nelayan, dan distribusi pangan serta
pengembangan kawasan pangan berskala luas atau food estate untuk
meningkatkan produktivitas pangan. Selain itu, pemerintah berkomitmen untuk
meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan dengan menargetkan Nilai Tukar
Petani atau NTP dan Nilai Tukar Nelayan atau NTN sebesar 102-104 di tahun 2021.
Dukungan perlindungan sosial di tahun 2021 dianggarkan sebesar Rp419,3
triliun yang diarahkan untuk percepatan pemulihan sosial dan mendukung
reformasi sistem perlindungan sosial secara bertahap. Langkah perlindungan
sosial dilakukan melalui bantuan pada masyarakat melalui Program Keluarga
Harapan, Kartu Sembako, Bansos Tunai, dan Kartu Prakerja; mendorong program
reformasi perlindungan sosial yang komprehensif berbasis siklus hidup dan
antisipasi aging population; penyempurnaan data terpadu DTKS dan
perbaikan mekanisme penyaluran program perlindungan sosial, serta
penguatan monitoring dan evaluasi. Reformasi sistem
perlindungan sosial secara bertahap ini sangat penting dalam mendukung upaya
pengentasan kemiskinan ekstrem di tahun 2024.
Pembangunan Pariwisata di tahun 2021 dianggarkan sebesar Rp14,4 triliun
yang diarahkan untuk mendorong pemulihan ekonomi di sektor pariwisata.
Kebijakan yang dilakukan melalui pemulihan pariwisata, dengan pengembangan
destinasi pada 5 fokus kawasan: Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo,
dan Likupang; pengembangan aspek 3A: atraksi, aksesibilitas, dan amenitas serta
peningkatan pada 2P: promosi dan partisipasi pelaku usaha swasta;
pendekatan storynomics tourism yang mengedepankan narasi,
konten kreatif, living culture, dan kekuatan budaya; serta
pemanfaatan skema KPBU dalam membangun pusat-pusat hiburan, seperti theme
park yang akan menyerap banyak wisatawan.
Berbagai kebijakan belanja negara secara keseluruhan diharapkan dapat
mendorong tercapainya sasaran pembangunan pada tahun 2021, yakni tingkat
pengangguran 7,7-9,1 persen, tingkat kemiskinan di kisaran 9,2-9,7 persen,
dengan menekankan pada penurunan kelompok miskin ekstrem, tingkat ketimpangan
di kisaran 0,377-0,379, serta indeks pembangunan kualitas manusia (IPM) di
kisaran 72,78-72,95.
Pimpinan dan Anggota Dewan yang saya muliakan,
Seiring dengan pentingnya kelanjutan Pemulihan Ekonomi Nasional, pada RAPBN
tahun 2021 dialokasikan anggaran sekitar Rp356,5 triliun, yang diarahkan untuk:
Pertama, penanganan kesehatan dengan anggaran sekitar Rp25,4 triliun untuk
pengadaan vaksin antivirus, sarana dan prasarana kesehatan, laboratorium,
litbang, serta bantuan iuran BPJS untuk PBPU.
Kedua, perlindungan sosial pada masyarakat menengah ke bawah sekitar Rp110,2
triliun, melalui Program Keluarga Harapan, Kartu Sembako, Kartu Prakerja, serta
Bansos Tunai.
Ketiga, sektoral Kementerian/Lembaga dan Pemda dengan anggaran sekitar Rp136,7
triliun, yang ditujukan untuk peningkatan pariwisata, ketahanan pangan dan
perikanan, kawasan industri, pengembangan ICT, pinjaman ke daerah, serta
antisipasi pemulihan ekonomi.
Keempat, dukungan pada UMKM sekitar Rp48,8 triliun, melalui subsidi bunga KUR,
pembiayaan UMKM, penjaminan serta penempatan dana di perbankan.
Kelima, pembiayaan korporasi sekitar Rp14,9 triliun, yang diperuntukkan pada
lembaga penjaminan dan BUMN yang melakukan penugasan.
Keenam, insentif usaha sekitar Rp20,4 triliun, melalui pajak ditanggung
pemerintah, pembebasan PPh impor, dan pengembalian pendahuluan PPN.
Pimpinan dan Anggota Dewan yang saya hormati,
Pada tahun 2021, anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) direncanakan
sebesar Rp796,3 triliun. Dengan anggaran tersebut, arah kebijakan yang akan
dilakukan antara lain:
Pertama, mendukung langkah pemulihan ekonomi sejalan dengan prioritas nasional,
melalui pembangunan aksesibilitas dan konektivitas kawasan sentra pertumbuhan
ekonomi, dukungan insentif kepada daerah untuk menarik investasi, perbaikan
sistem pelayanan investasi, dan dukungan terhadap UMKM.
Kedua, mengoptimalkan pemanfaatan dana bagi hasil dalam rangka mendukung
penanganan kesehatan, jaring pengaman sosial, serta pemulihan ekonomi dampak
COVID-19.
Ketiga, mengarahkan 25 persen dari dana transfer umum untuk mempercepat program
pemulihan ekonomi daerah dan pembangunan SDM.
Keempat, memfokuskan penggunaan dana insentif daerah atau DID untuk
digitalisasi pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan UMKM.
Kelima, refocusing dan simplikasi jenis, bidang, dan
kegiatan DAK fisik yang bersifat reguler dan penugasan.
Keenam, DAK non-fisik juga mendukung penguatan SDM pendidikan melalui dukungan
Program Merdeka Belajar, serta tambahan sektor strategis lainnya, seperti dana
pelayanan perlindungan perempuan dan anak, dana fasilitasi penanaman modal,
serta dana pelayanan ketahanan pangan.
Ketujuh, mempertajam alokasi Dana Desa untuk pemulihan ekonomi desa dan
pengembangan sektor prioritas, seperti: teknologi informasi dan komunikasi,
pembangunan desa wisata, dan mendukung ketahanan pangan.
Dalam lima tahun terakhir, hasil dari pemanfaatan anggaran TKDD telah
dirasakan oleh masyarakat melalui peningkatan kinerja pelayanan dasar publik,
seperti akses rumah tangga terhadap air minum dan sanitasi layak, serta
persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan. Tingkat kesenjangan di wilayah
perdesaan juga menurun yang ditunjukkan dengan semakin rendahnya rasio gini
dari 0,316 pada tahun 2016 menjadi 0,315 pada tahun 2019. Demikian juga dengan
persentase penduduk miskin di perdesaan, turun dari 13,96 persen pada tahun
2016 menjadi 12,6 persen pada tahun 2019.
Pimpinan dan para Anggota Dewan yang kami hormati,
Untuk mendanai kegiatan pembangunan di tahun 2021, akan didukung sumber
penerimaan mandiri dari pendapatan negara sebesar Rp1.776,4 triliun, yang
utamanya dari penerimaan perpajakan sebesar Rp1.481,9 triliun dan penerimaan
negara bukan pajak sebesar Rp293,5 triliun.
Dari sisi perpajakan, Pemerintah terus melakukan berbagai perluasan basis
pajak serta perbaikan tata kelola dan administrasi perpajakan dalam rangka
meningkatkan dan menggali sumber-sumber penerimaan yang potensial. Selain itu,
penerapan omnibus law perpajakan dan pemberian berbagai
insentif perpajakan yang tepat dan terukur diharapkan mampu mendorong
peningkatan investasi dan daya saing nasional, mempercepat pemulihan ekonomi
pasca-pandemi COVID-19, serta memacu transformasi ekonomi.
Di sisi cukai, akan dilakukan pengembangan sistem pengawasan cukai
terintegrasi, serta ekstensifikasi cukai untuk mengendalikan eksternalitas
negatif.
Pada tahun 2021, langkah untuk mengoptimalkan PNBP antara lain dengan
peningkatan kuantitas dan kualitas layanan, inovasi layanan, perluasan objek
audit bersama, perencanaan lifting migas yang efektif, serta
efisiensi biaya operasi migas. Di samping itu, perbaikan proses perencanaan dan
pelaporan PNBP terus diperkuat dengan menggunakan sistem teknologi informasi
yang terintegrasi.
Pimpinan dan para Anggota Dewan yang terhormat,
Pada masa transisi RAPBN tahun 2021 dengan rencana Pendapatan Negara sebesar
Rp1.776,4 triliun dan Belanja Negara Rp2.747,5 triliun, maka Defisit Anggaran
diperkirakan mencapai Rp971,2 triliun atau setara 5,5 persen dari PDB. Defisit
anggaran tahun 2021 akan dibiayai dengan memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan
yang aman, dan dikelola secara hati-hati. Pembiayaan utang dilaksanakan secara
responsif mendukung kebijakan countercyclical dan akselerasi
pemulihan sosial ekonomi. Pengelolaan utang yang hati-hati selalu dijaga oleh
Pemerintah secara konsisten. Pembiayaan defisit RAPBN tahun 2021 akan dilakukan
melalui kerja sama dengan otoritas moneter, dengan tetap menjaga prinsip
disiplin fiskal dan disiplin kebijakan moneter, serta menjaga integritas,
kredibilitas, dan kepercayaan pasar surat berharga pemerintah.
Komitmen pemerintah dalam menjaga keberlanjutan fiskal dilakukan agar
tingkat utang tetap dalam batas yang terkendali. Pemerintah terus meningkatkan
efisiensi biaya utang melalui pendalaman pasar, perluasan basis investor,
penyempurnaan infrastruktur pasar Surat Berharga Negara atau SBN,
diversifikasi, dan mendorong penerbitan obligasi atau sukuk daerah.
Pembiayaan investasi juga akan dilakukan Pemerintah di tahun 2021 dengan
anggaran sekitar Rp169,1 triliun. Pendanaan tersebut direncanakan akan
digunakan untuk: Pertama, pembiayaan pendidikan untuk menjamin keberlangsungan
program pendidikan bagi generasi ke depan sebagai bentuk pertanggungjawaban
antar-generasi; Kedua, pemberdayaan UMKM dan UMi guna mengakselerasi
pengentasan kemiskinan; Ketiga, mengakselerasi pembangunan infrastruktur sarana
dan prasarana transportasi, permukiman, serta ketahanan energi; Keempat,
mendorong program ekspor nasional melalui penguatan daya saing barang dan jasa
dalam negeri di pasar internasional.
Pimpinan dan para anggota Dewan yang terhormat,
Demikianlah Keterangan Pemerintah atas Rancangan Undang-Undang tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2021 beserta Nota Keuangannya.
Besar harapan kami, pembahasan RAPBN tahun 2021 dapat dilakukan secara
konstruktif demi mewujudkan Indonesia yang maju, bermartabat, berdaulat,
mandiri, dan berkepribadian berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat, berkah, dan rida-Nya bagi
kita semua dalam menjalankan amanah seluruh rakyat Indonesia.
Dirgahayu Republik Indonesia!
Dirgahayu Negeri Pancasila!
Terima kasih,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Om Shanti Shanti Shanti Om,
Namo Buddhaya,
Salam Kebajikan.
Salam Kebajikan.
Terima kasih.
Post a Comment for "Ini Naskah Pidato Kenegaraan Presiden Jokowi dalam Sidang Tahunan MPR DPR 2020"