Hari Pendidikan Nasional
(Hardiknas) diperingati di Indonesia setiap 2 Mei. Tahun ini, Hardiknas jatuh
pada Minggu (2/5/2021).
Peringatan Hardiknas sendiri tidak
dapat dilepaskan dari sosok Ki Hajar Dewantara, yang merupakan pelopor
pendidikan bagi bangsa Indonesia di era kolonialisme.
Semboyan pendidikan Ki Hajar
Dewantara adalah "Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut
Wuri Handayani".
Lantas, seperti apa konsep Tut Wuri Handayani?
Mengutip
laman Kemendikbud, semboyan "Tut Wuri
Handayani" mengandung pesan agar setiap pendidik tidak memaksakan kehendak
kepada anak didiknya.
Tut Wuri
Handayani berarti mengikuti dari belakang dengan mempengaruhi.
Maksudnya yaitu, jangan berusaha menarik anak didik dari depan. Anak-anak yang masih belajar sebaiknya dibiarkan mencari jalannya sendiri. Jika anak didik salah jalan, barulah pendidiknya boleh mengarahkan.(Kompas.com)
Ki
Hajar Dewantara memiliki nama asli Raden Mas Suwardi Suryaningrat. Beliau lahir
pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta. Beliau merupakan keturunan bangsawan, anak dari
Pangeran Suryaningrat dan cucu dari Sri Paku Alam III.
Pada tanggal 3 Februari 1928, Suwardi Suryaningrat berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara dan menanggalkan gelar Raden Mas (RM) agar lebih dekat dengan rakyat. Sebutan Ki, Nyi, dan Ni dalam semua anggota keluarga Taman Siswa merupakan wujud pelaksanaan demokrasi dalam kehidupan sehari-hari. Semua anggota keluarga Taman Siswa berniat untuk tidak memandang sesama berdasarkan kedudukan dengan melepaskan sebutan-sebutan dari zaman feodal: raden, raden mas, raden roro, raden ajeng, raden ayu, dan sebagainya. Semuanya dengan ikhlas hati mengganti sebutannya masing-masing menjadi “Ki, Nyi atau Ni”.
Ki
merupakan kata sapaan kepada orang tua atau guru laki-laki (yang menjadi
anutan). Nyi sebagai kata sapaan kepada orang tua atau guru perempuan (yang
menjadi anutan). Ni adalah kata sapaan untuk perempuan yang belum kawin.
Tut
Wuri Handayani berarti mengikuti dari belakang dengan mempengaruhi. Maksudnya
yaitu jangan menarik-narik anak dari depan. Biarkanlah anak-anak mencari
jalannya sendiri. Kalau si anak salah jalan, barulah si pamong boleh
mengarahkannya. Dengan demikian, telah jelas bahwa Semboyan Tut Wuri Handayani
adalah semboyan “Among Sejati.”
Referensi:
Agung, Leo dan Suparman. 2012. Sejarah Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Ombak
Post a Comment for "Makna Nama “Ki Hajar Dewantara” dan Semboyan “Tut Wuri Handayani”"