“Kurikulum Merdeka implementasinya tidak dipaksakan secara
langsung. Hal ini merupakan bagian dari strategi implementasi kurikulum yang
dilandasi dari kesadaran bahwa proses untuk mengubah proses pembelajaran di
sekolah melalui adopsi kurikulum juga adalah proses belajar,” tuturnya dalam
program Sapa GTK Episode 2, pada pekan lalu.
Anindito menganalogikan, perubahan dalam proses pembelajaran
ibarat anak yang belajar berenang. Ada tahapan yang perlu dilalui. “Belajar
berenang tidak mungkin diceburkan ke laut bebas. Sama juga dengan guru, kepala
sekolah, pengawas, bahwa proses untuk mentransformasi pembelajaran ada
tahapannya,” lanjut dia.
Implementasi Kurikulum Merdeka menurut Anindito akan lebih
efektif bila setiap sekolah mau melakukannya dikarenakan motivasi intrinsik.
Kemudian, menerapkan kurikulum ini berdasarkan tingkat kompleksitas yang sesuai
dengan kondisi sekolah. “Karena itulah Kemendikbudristek membuat strategi
implementasi kurikulum yang opsional dan ada jenjangnya. Tidak serta merta
langsung mengganti kurikulum secara keseluruhan, tapi dapat dimulai dengan
menerapkan beberapa komponen untuk prinsip penting dari Kurikulum Merdeka,”
urai Anindito.
Ia menambahkan, sekolah-sekolah yang sudah siap boleh
langsung mengganti kurikulum yang digunakan. Intinya, tutur dia, ini adalah
perjalanan yang tujuannya adalah perbaikan pembelajaran. “Kita tidak ingin
sekolah mengganti kurikulum hanya sekadar kosmetik, sekadar di dokumen, tapi
tidak berdampak pada kualitas pembelajaran padahal itu tujuan sebenarnya,” tegas
Anindito.
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK), Iwan
Syahril mengungkapkan bahwa Kemendikbudristek telah mempersiapkan serangkaian
strategi untuk mendukung implementasi Kurikulum Merdeka di satuan pendidikan.
Mulai dari menyediakan rute adopsi kurikulum secara bertahap, menyediakan
asesmen dan perangkat ajar melalui platform Merdeka Mengajar, menyediakan
pelatihan mandiri dan sumber mengajar guru, menyediakan narasumber, hingga
menyediakan pengembangan komunitas belajar.
“Kita membantu sekolah-sekolah yang berminat untuk
mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, ada mekanisme asesmen mandiri, di mana
sekolah-sekolah bisa melakukan penilaian diri sesuai dengan kesiapan mereka,”
lanjut Iwan. Selain itu, dukungan di bidang teknologi untuk sekolah dalam
mengimplementasikan Kurikulum Merdeka diwujudkan dengan Platform Merdeka
Mengajar.
Iwan menyebut, platform tersebut penting untuk dihadirkan dan
sudah semestinya sistem pendidikan memiliki sebuah terobosan dalam hal
teknologi untuk mengakselerasi peningkatan kompetensi guru-guru di semua
daerah. Dengan demikian, sekarang belajar tidak lagi menunggu kesempatan, siapa
saja bisa belajar, di mana saja, waktunya bisa menyesuaikan, tergantung
kemauan.
Dirjen Iwan menyampaikan bahwa
Platform Merdeka Mengajar merupakan sebuah jawaban bagi guru-guru di Indonesia
mengatasi krisis pembelajaran pada murid. Turut hadir sebagai pembicara dalam
program Sapa GTK Episode 2 yaitu Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Pusat Kurikulum
dan Pembelajaran, Zulfikri Anas, Tim Platform Merdeka Mengajar, Lasty Devira
Kesdu; Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Pontianak, Yuyun Yuniarti serta Guru SD
Negeri 5 Rabangodu Utara, Erdin Putra Fajar sebagai guru yang sudah menerapkan
Kurikulum Merdeka Belajar di sekolahnya.
Sumber : gtk.kemdikbud.go.id
Post a Comment for "Penerapan Kurikulum Merdeka Merupakan Opsi bagi Satuan Pendidikan yang Siap"