Mewaspadai penyebaran virus
Corona, sekolah-sekolah diliburkan. Para siswa diminta belajar di rumah.
Sungguh aneh tapi nyata, ternyata guru tetap diwajibkan datang ke sekolah.
Bukankah lebih aman jika mereka tinggal di rumah saja?
Saya berharap Mas Mendikbud
Nadiem segera mengambil kebijakan meliburkan guru juga. Seluruhnya. Ini jika
kita benar-benar menyanyangi mereka. Apalagi seruan bekerja dari rumah juga
telah disampaikan sendiri oleh presiden.
Lagian, buat apa sih guru harus tetap
datang ke sekolah? Saat kelas-kelas kosong, tidak ada siswa yang harus diajar?
Hiks… saya sempat nonton video
guru yang mengajar di kelas kosong. Bicara sendiri seolah ada siswa di
hadapannya. Padahal nggak ada siapa-siapa. Rekaman itu disebarkan lewat medsos
dan sukses membuat perasaan saya nano-nano. Antara mau ketawa karena aktingnya
lucu, tapi sekaligus sedih kok ya sampai segitunya. Lalu, saya putuskan
menghapus video itu karena mendadak ada perasaan mengerikan. Betapa tidak
matangnya kebijakan sekolah meliburkan siswa tapi mewajibkan guru tetap masuk.
Ah, itu kan karena mereka harus
memantau siswanya yang sedang belajar di rumah? Memastikan agar materi
pelajaran dalam bentuk tugas-tugas terkirim lancar. Lewat WA, telegram, e-mail,
google form, dan entah apa lagi medianya.
Hello? Itu semua bisa lho
dilakukan guru dari rumahnya. Tanpa harus datang ke sekolah. Namanya juga
pembejaran online. Kan dari mana saja sama.
Dengan guru tetap berangkat ke
sekolah, maka mereka harus tetap berdesak-desakan di angkutan umum. Yang
sekarang semakin dibatasi baik jumlah maupun rutenya itu.
Bukankah ini bertolak belakang
dengan strategi social distance, di
mana kita perlu menjaga jarak untuk mencegah potensi penularan yang sekarang
digalakkan di mana-mana?
Lagi pula, kalau guru berada di
rumah, banyak hal yang bisa dilakukannya. Memasak agar anak-anak mendapat
asupan makanan yang cukup baik. Juga menemani anak-anak belajar dan mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan gurunya. Bukankah itu jauh lebih baik? dan lebih
aman, sebab guru juga sekaligus terhindar dari bertemu penderita di luar rumah.
Memang di era otonomi daerah
seperti sekarang, kita mengerti bahwa guru bukanlah bawahan Kemdikbud
(pemerintahan pusat), sehingga Mendikbud punya otoritas memberi instruksi
meliburkan guru. Mereka berada di bawah bupati/walikota dan gubernur. Jadi,
selama yang diliburkan pemda hanya siswa, maka guru tetap punya kewajiban
datang ke sekolah.
Di sinilah kita berharap Mas
Nadiem punya inisiatif melobi Mendagri, agar daerah juga meliburkan guru.
Mendikbud bisa meyakinkan, bahwa meski guru berada di rumah, mereka tetap bisa
melakukan pemantauan tugas-tugas belajar siswanya.(https://ihsan.gurusiana.id)
Surabaya, 18 Maret 2020
Mohammad Ihsan,
Pemimpin Umum MediaGuru
CEO Gurusiana
CEO Gurusiana
Post a Comment for "Siaga Corona, Mas Nadiem Seharusnya Meliburkan Guru"