Fenomena La Nina yang terjadi di Samudera Pasifik diprediksi
akan mengakibatkan anomali cuaca berupa peningkatan curah hujan yang terjadi di
Tanah Air.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BKMG), prakiraan dampak La Nina terjadi pada akhir 2020
hingga awal 2021.
Sebagian besar wilayah Indonesia saat ini sudah memasuki
musim hujan sejak Oktober hingga November 2020.
Wilayah tersebut meliputi sebagian besar Sumatera, Jawa,
Bali, Kalimantan, Sulawesi Selatan bagian selatan, Sulawesi Tenggara bagian
selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah bagian barat.
Kemudian Gorontalo, sebagian besar wilayah Sulawesi Utara,
Maluku Utara, Pulau Buru bagian utara, Papua Barat bagian utara, dan Papua
bagian tengah.
Adapun puncak musim hujan diprakirakan umumnya akan terjadi
pada Januari dan Februari 2021.
Apa itu La Nina?
Mengutip pemberitaan Kompas.com, Minggu (4/10/2020), Kepala Bidang
Analisis Variabilitas Iklim BMKG Indra Gustari menjelaskan, La Nina
secara umum dapat dikatakan sebagai fenomena iklim yang berlawanan dengan El
Nino atau fenomena iklim pemanasan atau kemarau panjang.
"Jika peristiwa El Niño dikaitkan dengan pemanasan di
Pasifik tropis bagian tengah dan timur. Sedangkan, kejadian La Niña adalah
kebalikannya," ujar Indra saat dihubungi Kompas.com, Minggu
(4/10/2020).
Dengan demikian, yang terjadi pada fenomena La Nina adalah
pendinginan yang tidak biasa di mana anomali suhunya melebihi minus 0,5 derajat
celcius di area yang sama dengan El Nino.
La Nina merupakan anomali sistem global yang cukup sering
terjadi dengan periode ulang berkisar antara dua sampai tujuh tahun.
Kejadian La Nina terjadi saat Samudera Pasifik dan
atmosfer di atasnya berubah dari keadaan netral (normal) pada periode waktu dua
bulan atau lebih.
Perubahan di Samudera Pasifik dan atmosfer yang ada di
atasnya ini terjadi dalam siklus yang dikenal dengan sebutan ENSO (El Nino –
Southern Oscillation).
Saat itu, atmosfer dan lautan saling berinteraksi, memperkuat
satu sama lain, dan menciptakan putaran yang saling mengamplifikasi
(memperkuat) perubahan kecil di lautan.
Jika kopel (couple) antara lautan dan atmosfer sudah
sepenuhnya terjadi maka ENSO dikatakan telah terbentuk.
Proses munculnya La
Nina
Mekanisme terbentuknya La Nina berawal saat Angin Passat
(trade wind), kolam air laut yang hangat dapat mencapai lebih jauh ke Pasifik
barat, termasuk. Sehingga Perairan Indonesia lebih hangat dari biasanya.
Adapun Samudera Pasifik bagian tengah akan lebih dingin dari
biasanya dan termoklin akan lebih dangkal di timur.
Akibatnya, air laut lebih dingin dari level bawah naik ke
permukaan sebagai penguatan upwelling.
"Konveksi dan pembentukan awan menguat di wilayah
Indonesia, seiring dengan sirkulasi Walker juga menguat," kata Indra.
Dampak La Nina
Dampak utama dari fenomena La Nina ke cuaca atau
iklim di Indonesia yakni timbulnya peningkatan curah hujan.
Akan tetapi, kondisi topografi di Indonesia yang berbeda-beda
maka dampak La Nina di Indonesia pun tidak seragam di seluruh wilayah.
"Berdasarkan kajian ilmiah dari histori kejadian-keadian
sebelumnya, dampak La Niña berupa peningkatan curah hujan terjadi terutama di
bagian tengah dan timur wilayah Indonesia," kata Indra.
Untuk itu, masyarakat diimbau untuk waspada terhadap dampak
ikutan dari curah hujan tinggi yaitu bencana hidrometeorologis seperti banjir
dan longsor.
Beberapa hal yang dapat dilakukan masyarakat misalnya, dengan
melakukan pengelolaan tata air terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Post a Comment for "Waspada Puncak Iklim LA LINA"