KSP atau Kurikulum Sekolah Penggerak merupakan kurikulum prototipe yang sedang dievaluasi dan diperbaiki selama tahun ajaran 2021-2022.
Hal itu disampaikan Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan di Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi, Anindito Aditomo.
KSP berfokus pada
pendidikan kebangsaan, penanaman nasionalisme, serta pengembangan hasil
belajar siswa secara holistik dengan mewujudkan kompetensi kognitif (literasi
dan numerasi) serta nonkognitif (karakter).
KSP diterapkan
di sekolah-sekolah yang menjadi peserta Program Sekolah Penggerak (PSP).
Sejauh ini, telah ada 2.500 sekolah yang terlibat dalam PSP.
Selain
tengah mengevaluasi penerapannya, kata Anindito, Kemendikbudristek juga tengah
menjaring masukan dari berbagai pemangku kepentingan.
Mereka di
antaranya yaitu organisasi masyarakat penyelenggara pendidikan seperti
Muhammadiyah dan NU, organisasi guru, seperti PGRI, maupun lembaga pendidikan
tenaga kependidikan (LPTK).
”Semua
pihak ini sudah menerima informasi tertulis maupun penjelasan lisan tentang
struktur dan kerangka dasar kurikulum prototipe ini,” ujarnya, Senin
6 September 2021.
Ia
mengatakan, perancangan KSP prosesnya tidak dilakukan secara
tertutup.
”Kami
justru membuka kesempatan bagi berbagai pihak untuk memberi masukan, sebelum
kurikulumnya diterapkan secara nasional. Jadi, prosesnya terbuka, banyak sekali
pihak (yang terlibat),” tuturnya.
Ia
mengatakan, sebelum menerapkan KSP prototipe, setiap kepala sekolah,
pengawas sekolah dan perwakilan guru sudah mengikuti pelatihan selama 74 jam
pelajaran atau sekira 9 hari.
Kepala sekolah
dan guru yang mengikuti pelatihan itu kemudian diminta untuk melatih rekan
sejawatnya di sekolah supaya bisa mengimplementasikan KSP.
”Selain
pelatihan, sekolah penggerak juga mendapatkan pendampingan untuk memperkuat
pemahaman saat implementasi. Jadi, tidak hanya pelatihan di awal, tapi yang
lebih penting justru pendampingannya karena ini proses yang berkelanjutan,”
ujarnya.
Menurut
Anindito, tujuan KSP pada awalnya adalah membuat pembelajaran lebih
fokus kepada pengembangan karakter dan kompetensi.
Hal itu
dilakukan melalui penyederhanaan kurikulum yang membuat waktu
kerja guru tak terlalu padat.
Dengan demikian,
guru diharapkan punya waktu lebih untuk menggunakan metode pembelajaran interaktif
dan kolaboratif yang mengembangkan nalar dan karakter.
”Ini
merupakan arahan Presiden Joko Widodo yang menjadi semakin urgent dengan
adanya pandemi dan learning loss,” tuturnya.
Seleksi
Sebelumnya,
Kemendikbudristek telah membuka pendaftaran Program Sekolah Penggerak
angkatan ke-2 tahun 2021.
Direktur
Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah
(PAUD Dikdasmen), Jumeri menyampaikan beberapa hal.
Menurut
dia, Kemendikbudristek sudah menetapkan hasil seleksi daerah untuk Program
Sekolah Penggerak angkatan ke-2.
Selain
itu, Kementerian juga sudah berkirim surat kepada kepala Dinas Pendidikan
provinsi, kabupaten, dan kota.
"Untuk
angkatan kedua, ada tambahan 139 kabupaten/kota dari 34 provinsi. Bila
ditambahkan dengan Program Sekolah Penggerak angkatan ke-1, maka akan ada 250
kabupaten/kota, dan target total sekolahnya menjadi 10.000 sekolah penggerak,”
tutur Jumeri, belum lama ini.
Direktur
Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru, Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan
(GTK), Praptono, menjelaskan mekanisme seleksi kepala sekolah calon sekolah
penggerak.
Pertama,
Kemendikbudristek menentukan daerah sasaran yang sampai saat ini sudah
dilakukan pada 250 kabupaten/kota dari 34 provinsi. Kemudian, lanjut Praptono,
akan ada pembuatan nota kesepakatan antara Kemendikbudristek dan pemda.
”Setelah
penandatanganan nota kesepakatan, maka kami di Ditjen GTK dibantu teman-teman
PAUD, PMP untuk mengawali pendaftaran calon kepala sekolah penggerak yang
menyasar seluruh jenjang yaitu PAUD, SD, SMP, SMA dan SLB. Kalau sekolah SMK
tidak termasuk ke dalam pemilihan sekolah penggerak karena SMK sudah memiliki
program tersendiri,” kata Praptono.
Setelah
proses registrasi, Praptono menyebut ada seleksi yang harus diikuti para calon
kepala sekolah yang mendaftar.
Pemerintah
pusat sudah menyiapkan asesor-asesor yang sudah dilatih dan tersertifikasi.
Bagi peserta yang lolos seleksi tahap 1 kemudian mengikuti seleksi tahap 2
dengan mengikuti simulasi mengajar dan wawancara.
Jika
semua proses telah dijalani, maka berikutnya akan dilakukan sidang pleno untuk
menentukan kelulusan.
”Setelah
itu pengumuman, dan penetapan pelaksana Program Sekolah Penggerak oleh
Kemendikbudristek dan pemda. Yang terakhir adalah pelaksanaan Program Sekolah
Penggerak,” tuturnya.
Jawa
Barat
Delapan
kabupaten/kota di Jabar menjadi bagian dalam penerapan KSP.
”Di Jawa
Barat itu kalau tidak salah hanya delapan kabupaten/kota yang masuk pada
Program Sekolah Penggerak. Jadi, tidak semua. Ada beberapa poin yang harus
dikuasai oleh para kepala sekolah. Salah satu poin pentingnya harus kepala
sekolah yang melek teknologi,” kata Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayan
Kota Sukabumi Yemmi Yohanni, kepada kontributor Pikiran Rakyat Herlan
Heryadie, Senin 6 September 2021.
Untuk
sekolah nonformal, Yemmi menyebut, hanya PAUD di Kota Sukabumi yang
dianggap memenuhi syarat menjalankan Program Sekolah Penggerak. Dua lembaga
pendidikan tersebut adalah PAUD Aster Putih dan PAUD Al Muhajirin.
”Kita
inginnya semua sekolah di Kota Sukabumi menjalankan program ini, tapi
karena diseleksi, sementara dua PAUD itu saja dulu yang menerapkan. Untuk
PAUD yang menerapkan program itu hanya Kota Sukabumi,” katanya.
Yemmi
menjelaskan, pola pembelajaran dalam program ini akan lebih banyak
menitikberatkan kepada siswa-siswi.
Artinya,
sebelum menerima materi pembelajaran dari guru, ada proses brainstorming atau
stimulan agar suasana belajar nantinya bisa lebih hidup.
Baik guru
maupun kepala sekolah diberi pembekalan khusus dalam menjalankan Sekolah
Penggerak ini.
”Jadi begitu
anak didiknya duduk, guru tidak langsung menyuruh buka buku halaman sekian,
atau langsung masuk ke materi pembelajaran. Tidak begitu. Tapi ada proses awal
terlebih dahulu semacam brainstorming dulu agar anak didik siap. Sebelum menyerap
ilmunya, ada prapembelajaran dulu,” katanya.
Ia belum
bisa memastikan program Sekolah Penggerak ini akan diterapkan secara efektif
di lembaga pendidikan terpilih.
Saat ini,
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Sukabumi fokus pada persiapan
agar program dapat berjalan maksimal.
”Ada
komitmen antara kepala daerah dengan kementerian untuk sama-sama menerapkan
program ini secara efektif. Pemerintah ingin program ini benar-benar bisa
relevan dengan kebutuhan dunia pendidikan saat ini," ujar Yemmi.
Apalagi
Kota Sukabumi sudah mempersiapkan ini sejak setahun yang lalu. Saya
juga melihat sekolah-sekolah di Kota Sukabumi sudah sangat siap
menerapkan program ini, diikuti dengan perkembangan sarana penunjang
teknologinya juga sudah bagus,” kata Yemmi.
Program
Sekolah Penggerak Tahun 2021 download di sini
Sumber : https://www.pikiran-rakyat.com
Post a Comment for "Kurikulum Sekolah Penggerak (KSP), Harus Melek Teknologi demi Pendekatan Baru Saat Belajar"