Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mengusulkan penambahan mata pelajaran coding atau pemrograman dalam kurikulum pendidikan sekolah dasar dan menengah. Usulan ini disampaikan saat rapat koordinasi dengan para kepala dinas beberapa minggu yang lalu. Pertanyaannya, apakah anak-anak di pendidikan dasar dan menengah sudah siap menghadapi implementasi mata pelajaran tersebut?
Selain itu, apakah usulan mengenai mata pelajaran tersebut dapat memberikan dampak positif yang diharapkan atau justru sebaliknya? Apakah semua sekolah dasar dan pendidikan tingkat menengah mempunyai sarana dan prasarana yang mendukung usulan ini?
Sarana dan Prasarana
Tidak semua sekolah memiliki jumlah komputer atau laptop yang memadai untuk proses pembelajaran, khususnya di daerah terpencil. Apabila sarana dan prasarana tidak menunjang, materi pemrograman yang diberikan oleh guru kurang efektif jika tidak diimplementasikan secara praktis oleh siswa. Teori tanpa praktik akan membuat siswa lebih sulit dalam memahami teori dan kurangnya pengalaman dalam pemrograman.
Muncul pertanyaan, kenapa setiap siswa tidak membeli laptop saja? Jawabannya singkat, keadaan ekonomi antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya akan berbeda. Untuk keluarga yang mampu secara ekonomi, mereka tanpa ragu membelikan laptop, sedangkan untuk keluarga yang tidak mampu, ini akan menambah beban pada orangtua murid. Dari sini sudah terlihat adanya perbedaan dalam mengakses sarana dan prasarana.
Pemerintah bisa saja menyalurkan bantuan berupa beasiswa untuk membeli laptop atau memberikan laptop secara langsung kepada siswa yang kurang mampu. Namun, penting untuk diperhatikan apakan siswa benar-benar akan menggunakan bantuan tersebut sebagaimana mestinya. Kemungkinan baiknya, siswa akan membeli atau menggunakan laptop untuk belajar pemrograman; kemungkinan buruknya, siswa akan menyerahkan bantuan tersebut kepada orangtua mereka, yang kemudian digunakan untuk membeli barang keperluan sehari-hari.
Kesiapan Siswa
Diperlukan kesiapan siswa dalam menghadapi mata pelajaran coding atau pemrograman. Terdapat beberapa kemampuan dasar yang harus dimiliki sebelum mempelajari coding atau pemrograman, di antaranya alur berpikir yang terstruktur, kemampuan memecahkan masalah atau problem solving, berpikir kritis atau critical thinking, dan kemampuan matematika yang baik.
Kenyataannya, beberapa siswa di tingkat pendidikan dasar dan menengah belum memenuhi keempat aspek tersebut. Hal ini akan berpengaruh pada proses pembelajaran pemrograman. Pertama, di dalam dunia pemrograman diperlukan kemampuan matematika yang baik, sebab matematika ini adalah dasar logika dan algoritma pemrograman.
Kemampuan matematika siswa di tingkat pendidikan dasar dan menengah dapat dikatakan kurang baik. Hal ini terlihat jelas dari sebuah video yang tersebar di media sosial, di mana seseorang mengajukan beberapa pertanyaan mengenai perkalian dasar pada beberapa siswa SMP, dan hal yang mengejutkan adalah mereka tidak dapat menjawab soal perkalian dasar tersebut dengan benar.
Kedua, kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah diperlukan dalam pemrograman agar dapat menyusun kode yang akurat dan agar bisa memperbaiki kesalahan apabila terjadi error. Dan, lagi-lagi, kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah siswa di tingkat pendidikan dasar dan menengah cenderung kurang baik. Salah satu penyebabnya adalah adanya teknologi yang memudahkan segala pekerjaan, termasuk tugas-tugas sekolah.
Banyak siswa yang memanfaatkan berbagai situs pencarian atau kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) untuk menyelesaikan tugas mereka tanpa berusaha mencoba dan memahaminya terlebih dahulu. Kebanyakan dari mereka menyalin hasil pencarian secara asal-asalan, yang penting tugas selesai. Pola pikir yang seperti ini akan menimbulkan rasa malas bagi siswa, dan rasa malas ini akan menghambat siswa untuk menyelesaikan masalah secara mandiri dan menemukan berbagai alternatif solusi.
Rasa malas ini membuat siswa enggan untuk menyelesaikan masalah dan enggan untuk mencari alternatif solusi, yang akhirnya kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah siswa akan semakin terkubur.
Ketiga, kurangnya kemampuan matematika, berpikir kritis, dan pemecahan masalah menyebabkan tidak terbentuknya alur berpikir yang terstruktur pada siswa. Akibatnya, siswa menjadi kurang mampu untuk berpikir secara analitis. Hal ini terbukti dengan masih adanya siswa yang mudah mempercayai informasi apapun yang tersebar di media sosial tanpa mencari kebenarannya terlebih dahulu. Ketidakmampuan berpikir secara terstruktur ini dapat berdampak signifikan pada pembelajaran pemrograman, terutama dalam pembuatan algoritma dan penulisan kode pemrograman.
Tenaga Pengajar
Tenaga pengajar juga memiliki pengaruh besar pada keberhasilan usulan ini nantinya. Pada bagian sebelumnya disebutkan bahwa beberapa siswa di Indonesia tidak siap menghadapi mata pelajaran pemrograman ini, dan guru memiliki keterlibatan di dalamnya. Beberapa guru hanya berfokus pada teori atau cara mengajar yang kurang baik sehingga empat aspek yang dibutuhkan dalam pemrograman kurang berkembang pada siswa. Hal ini yang menjadi tanggung jawab seorang tenaga pengajar untuk menghadapi permasalahan tersebut.
Seorang guru harus selalu menemukan berbagai variasi cara belajar yang menarik agar dapat menarik perhatian siswanya. Salah satu metode yang efektif adalah Forum Group Discussion (FGD). Dalam kegiatan ini, siswa akan dihadapkan pada suatu masalah dan diberi kesempatan untuk mengutarakan perspektif dan ide-ide mereka guna menyelesaikan masalah. Kegiatan ini dapat melatih kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah mereka.
Cara lainnya adalah dengan Sistem Penghargaan (reward system). Siswa di tingkat pendidikan dasar dan menengah sangat suka dengan hadiah, sehingga sistem penghargaan ini dapat dimanfaatkan seorang tenaga pengajar. Tenaga pengajar dapat memberikan hadiah pada setiap siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar atau menghasilkan prestasi tertentu. Hal ini dapat membuat siswa semakin termotivasi untuk rajin belajar.
Agar terlaksananya usulan ini dengan baik, diperlukan juga tenaga pengajar yang ahli dalam bidang teknologi informasi. Hal ini bertujuan agar pembelajaran pemrograman semakin efektif dan memberikan pengalaman yang lebih bermakna pada siswa.
Usulan Wakil Presiden kita mengenai penambahan mata pelajaran pemrograman memang sangat baik, mengingat pesatnya perkembangan teknologi informasi saat ini. Tujuannya agar siswa di Indonesia tidak tertinggal oleh negara lain. Namun, sebelum usulan itu dapat direalisasikan, perlu dipastikan bahwa sarana dan prasarana akan mendukung. Selain itu, kesiapan siswa dan tenaga pengajar sangat penting agar dapat memberikan hasil yang diharapkan.
Sumber https://news.detik.com/
0 komentar:
Post a Comment