April 14, 2022
0

Bersamaan dengan peluncuran Rapor Pendidikan, Menteri Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim memaparkan hasil Asesmen Nasional. Laporan ini disampaikan dalam Merdeka Belajar Episode 19: Rapor Pendidikan Indonesia melalui laman YouTube resmi Kemendikbudristek.

Sebelumnya, Asesmen Nasional merupakan program pengganti Ujian Nasional. Dilaksanakan 2021 lalu, penilaian ini bukan sebagai syarat kelulusan seperti Ujian Nasional, melainkan sebagai pemetaan mutu setiap sekolah, madrasah, dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah.

Mutu ini dinilai berdasarkan hasil belajar murid yang mendasar (literasi, numerasi, dan karakter) serta kualitas proses belajar-mengajar dan iklim satuan pendidikan yang mendukung pembelajaran. Penilaian ini dilakukan dengan tiga instrumen utama, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.

"(Asesmen Nasional) sangat sulit untuk dibimbelkan. Bukan untuk mengetes kemampuan anak untuk menghafal, tapi kemampuan anak untuk berpikir kritis, bernalar dalam aspek literasi dan numerasi," ujar Nadiem dalam Merdeka Belajar Episode 19 melalui YouTube, Senin (1/4/2022).

Sambung Nadiem, Asesmen Nasional adalah asesmen dengan skala yang belum pernah terjadi di Indonesia. ASN ini telah menilai lebih dari 259 ribu sekolah dengan lebih dari 3,1 juta guru dan 6,5 juta siswa. Penilaian ini dilakukan pada tingkat SD hingga SMA dan sederajat.

Bagaimana hasil Asesmen Nasional 2021? Simak di bawah ini.

Hasil Asesmen Nasional 2021
1. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)

Asesmen Nasional menunjukkan terdapat isu kompetensi peserta didik di Indonesia. Tercatat 1 dari 2 peserta didik belum mencapai kompetensi minimum literasi. Sedangkan dalam numerasi, tercatat 2 dari 3 peserta didik belum mencapai kompetensi minimum.

"Kenapa (AKM) begitu penting? Kalau tidak meningkatkan numerasi, itu dampaknya ke masyarakat sangat besar," tutur Nadiem.

Ia melanjutkan, kompetensi literasi dan numerasi yang rendah berpotensi berakibat buruk pada keberlangsungan masyarakat, seperti kesulitan untuk melanjutkan pendidikan, daya saing rendah, dan kesadaran rendah terhadap hoax.

Selain itu, ditemukan kesenjangan kompetensi antara Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa. Performa satuan pendidikan terbaik di salah satu kabupaten di luar Pulau Jawa setara dengan performa satuan pendidikan terburuk di salah satu kota di Pulau Jawa.

"Usaha kita untuk menjembatani kesenjangan ini harus menjadi prioritas utama pemerintah dan stakeholder masyarakat dalam proses pemulihan pendidikan kita," tegas Nadiem.

2. Survei Karakter
Survei karakter menilai sikap, nilai, dan kebiasaan peserta didik yang mencerminkan profil Pelajar Pancasila. Adapun yang termasuk dalam profil Pelajar Pancasila adalah:


- Kemandirian
- Kebhinnekaan global
- Nalar kritis
- Kreativitas
- Gotong royong
- Beriman, Bertakwa Kepada Tuhan yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia

Asesmen Nasional menunjukkan peserta didik memiliki skor Iman, taqwa, dan akhlak mulia serta kreativitas yang tinggi. Namun, kemandirian dan kebhinnekaan global merupakan aspek yang relatif paling rendah.

"Banyak dari anak-anak kita tidak bisa memotivasi dirinya secara independen dan mungkin tidak diberikan cukup ruang otonomi di dalam dirinya," jelas Nadiem.

Sambungnya, sesuai dengan data dari Asesmen Nasional semakin baik karakter, maka semakin baik capaian literasi dan numerasi.

3. Survei Lingkungan Belajar
Survei Lingkungan Belajar mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik, seperti kualitas pembelajaran, iklim keamanan, dan iklim kebhinekaan. Sayangnya, hasil Asesmen Nasional menunjukan angka kecenderungan perundungan dan kekerasan seksual dalam lingkungan pendidikan masih tinggi.

Tercatat 24,4% peserta didik berpotensi mengalami perundungan di satuan pendidikan. Sementara dalam ranah kekerasan seksual, 22,4% menjawab 'Pernah' pada pertanyaan survei yang menunjukkan potensi insiden kekerasan seksual.

"Semakin pendidik atau kepala satuan pendidikan paham tentang konsep perundungan, semakin berkurang insiden yang terjadi," papar Nadiem.

Ia juga mengatakan hal yang sama pada kasus kekerasan seksual. Potensi kekerasan seksual di satuan pendidikan lebih rendah pada satuan pendidikan yang memiliki program pencegahan dan penanganan kekerasan seksual.

Hasil Asesmen Nasional telah diolah menjadi Rapor Pendidikan. Rapor hasil kerja sama empat unit Kemendikbud ini dapat diakses oleh guru, dinas pendidikan daerah, hingga publik. Rapor Pendidikan dapat diakses melalui laman raporpendidikan.kemdikbud.go.id/.

Sumber :  https://www.detik.com

Demikian postingan kami dengan judul Ini Hasil Lengkap Asesmen Nasional 2021 Semoga bermanfaat dan Terima Kasih atas kunjungannya...Eh Jangan lupa Share and Like Ya?

Share To :

0 Comments:

Post a Comment


Monetize your website traffic with yX Media