“Saya menulis dengan tetes air mata berharap
semangat juang para pahlawan lahir di setiap hati kita. Indonesia tidak akan
bisa bangkit dengan keindividuan. Sungguh bangsa ini butuh persatuan yang
nyata.”
Dua bulan sudah bangsa ini goyah, wabah dari zat tak
kasat mata membuat Indonesia bahkan dunia mengalami demam total.
Sampai 30 April 2020 juru bicara pemerintah untuk
penanganan Covid 19, Achmad Yurianti mengatakan kasus positif Corona di
Indonesia menembus angka 10.118 pasien.
Sekitar 54 persen berada di kelompok usia 3—59
tahun. Mobilitas tinggi membuat kelompok ini beresiko tinggi untuk tertular.
Anak bangsa berbagi tugas
Indonesia bukanlah bangsa yang "cemen".
Negeri ini lahir dari perjuangan dengan tetes darah para pahlawan. Kita
diwarisi semangat gotong royong bahu membahu semenjak dahulu. Namun harus
diakui warisan tak ternilai itu nyaris hilang ditelan individualisasi.
Ini saatnya kita bersatu, saling bergandeng tangan.
Berjuang berbagi tugas sesuai bidang profesi masing-masing. Merapatkat kinerja
tanpa kontak fisik disertai doa dan keyakinan.
Bagaimana pendidikan bisa bertahan?
Kembali kepada persatuan, semua guru
harus melakukan edukasi gotong royong. Bekerja sama tanpa membeda-bedakan segala
hal. Akan terasa berat jika pendidikan jarak jauh dilakukan sendiri-sendiri.
Kami memberikan materi secara bergantian. Satu
tayangan pembelajaran bisa di tag ke semua kelas di setiap sekolah. Satu guru
untuk semua, artinya satu orang guru yang memberikan PJJ, diturunkan, sehingga
ada 1000 lebih guru yang mengontrol pembelajaran dan hasil belajar siswanya
masing masing.
Demikian bisa kita lakukan bersama sebagai
aktualisasi edukasi gotong royong.
Edukasi alam dan rasa
Alam yang terhampar luas ini adalah laboratorium
maha raksasa yang tidak akan pernah habis untuk di pelajari.
Setiap jengkalnya bisa dijadikan bahan ajar oleh
guru semua mata pelajaran dan bisa dijadikan sumber belajar bagi siswa.
Kuncinya adalah desain penyajian PJJ dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
daring. Guru harus mampu merancang PJJ bermakna dan bermanfaat.
Langkah-langkah mendesain pjj:
1. Lakukan eksplorasi potensi rumah dan halaman
2. Data sumber bahan ajar dan belajar
3. Tentukan topik dan judul pembelajaran
4. Rancang RPP daring dengan life skill
5. Siapkan model/alat peraga sederhana
6. Rencanakan waktu yang tepat untuk siswa berkarya
7. Siapkan respons positif.
Pandemi menumbuhkan rasa takut, gelisah, cemas juga
was-was yang berpengaruh pada kestabilan emosi semua orang. Dan semestinya guru
memiliki salah satu obat mujarab untuk mengobatinya.
Obat tersebut adalah respons positif dan
kalimat pujian, penghargaan, pengharapan atas karya karya belajar siswa. Semua
guru adalah konselor. Saatnya semua guru harus mampu memilih diksi dan
menggunakan bahasa kalbu.
Pujian akan memotivasi siswa untuk terus berkarya,
kalimat harapan akan membuat siswa tentang untuk membuktikan bahwa mereka bisa
belajar mandiri dan berkarya dengan lebih baik
Indonesia butuh guru solutif
Tidak semua siswa bisa melakukan pembelajaran jarak jauh
karena keterbatasan. Dalam hal ini guru bisa meminta siswa membuat catatan
harian aktivitas belajarnya di rumah seperti: belajar memasak, mencuci,
mengasuh, mencangkul, menanam dan banyak lagi pelajaran yang bisa diberikan
guru sejati yang ada di setiap rumah itu ibu mereka.
Ini bukan waktu untuk berdebat, bukan saatnya untuk
berteori. Setiap guru harus bangkit mencari solusi. Indonesia tidak butuh guru
yang hanya berkeluh kesah, karena keluh kesah hanya akan membuat gundah.
Menjadi guru solutif adalah keharusan agar Edugoro
dapat dilakukan. Wabah ini membelajarkan kita tentang arti persatuan dan
perjuangan beda masa. Semoga akan terseleksi guru-guru unggul yang akan bisa
membantu kebangkitan Indonesia.
Penulis: Titien
Suprihatien, Guru SMPN 11 Batanghari, Jambi
Sumber: https://edukasi.kompas.com/
Post a Comment for "Hardiknas, "Saya Menulis Ini dengan Tetes Air Mata...""