zmedia

Viralnya Tulisan ' Indonesia??? Terserah!!! ', Apakah Tenaga Medis Menyerah?


Semakin banyaknya kelonggaran aturan pemerintah terkait Virus Corona, membuat warga kini terlihat semakin bebas kesana kemari. Puncaknya adalah membludaknya penumpang di Bandara Soekarno-Hatta kemarin, yang viral di media sosial.

Tak ada Physical Distansing apalagi Social Distancing, hanya sejengkal jarak mereka seperti gambar yang beredar. Sebelumnya juga, ratusan karyawan dan pelanggan setia McDonalds di Sarina berkumpul untuk terakhir kalinya sebelum resmi ditutup.

Apa yang dilakukan masyarakat Indonesia di tengah pendemi Covid-19 ini, justru dinilai tidak memikirkan bagaimana kerasnya para dokter dan tenaga medis yang berada di garda terdepan memberantas Corona.

Di tengah ketakutan sebagain orang, sebagian lagi malah melakukan segala cara untuk bisa mudik atau pulang kampung. Sudah berapa kasus ditemukan warga mudik, gunakan cara numpang di mobil muatan sayur.

Pura-pura mobil diderek, bahkan meski sudah ada yang kedapatan tetap saja masih ada yang mencoba. Hingga akhirnya ramai beredar foto tenaga medis dengan tulisan "Indonesia Terserah".

Empati dan haru harusnya dengan usaha mereka garda terdepan untuk melawan, tapi dibalas seolah masa bodoh oleh warga.

Lalu kalau begini siapa yang disalahkan?

tagar #indonesiaterserah sampai trending di Twitter Jumat (15/5/2020) hingga Sabtu (16/5/2020)

Berikut beberapa unggahan yang muncul di Twitter.


Penjelasan psikolog
Guru Besar Psikologi Sosial UGM Prof Faturochman menjelaskan tulisan "Indonesia Terserah" yang ramai di media sosial tersebut, meskipun bernada menyerah, sebenarnya para tenaga medis tidak menyerah.

"Itu protes, jadi bukan menyerah," ujarnya kepada Kompas.com, Sabtu (16/5/2020).

Faturochman mengatakan para tenaga medis tidak mungkin menyerah, karena mereka imbuhnya sudah disumpah. Saat ini, yang terjadi yakni kekhawatiran di dunia medis.

Pasalnya dengan adanya pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) artinya peluang penyebaran virus corona dapat meningkat lagi. Pelonggaran itu kentara terlihat pada sektor transportasi, yakni dengan kemudahan sejumlah akses transportasi, mulai dari darat dengan operasional bus AKAP, kereta api hingga pesawat terbang.

Kekhawatiran tersebut jelas terlihat, seperti saat berjubelnya penumpang di terminal 2 bandara Soekarno-Hatta baru-baru ini. "Dengan PSBB yang tidak seketat lockdown pun kasus masih ada terus. Apalagi jika dilonggarkan. Beban tenaga medis akan makin berat," terangnya.

Selain itu, Faturochman menjelaskan di awal pandemi yang terjadi yakni para tenaga medis kekurangan APD, pengetahuan tentang Covid-19, obat-obatan, dan sebagainya. Sehingga dari awal mereka ingin masyarakat di rumah saja.

Tetapi apa yang terjadi saat ini, melihat kondisi sekarang, sepertinya mereka kecewa. "Sudah sejak lama rumah sakit tidak bisa menampung pasien baru. Hingga ada orang-orang yang disarankan untuk isolasi mandiri," kata dia.

"Jika ditambah lagi, para tenaga medis akan sangat kewalahan. Jadi mereka protes," imbuhnya. Faturochman melihat, para tenaga medis protes kepada dua pihak, yaitu pemerintah dan masyarakat. Kepada pemerintah mengenai kebijakan yang dibuat. Menurutnya kebijakan PSBB belum ditegakkan di lapangan.

"Jelas harus mempertegas dan implementasinya. Kalau saya lihat di kalangan pengambil kebijakan dan implementer di lapangan juga terbelah dua," katanya. Di satu sisi, ada yang mengutamakan kesehatan dan satunya ekonomi.

Mereka yang mementingkan ekonomi ini melonggarkan kebijakan. Sebaiknya ada win-win solution.

Menurut Faturochman, PSBB tetap harus dijalankan, dipertegas, dan ada dukungan semua pihak.
Pemerintah juga perlu memikirkan bagaimana kebutuhan pokok didistribusikan. Daya beli masyarakat juga perlu dipikirkan.

Terlalu bebas
Faturochman menambahkan protes kepada masyarakat tersebut terlihat dari perilaku masyarakat yang masih longgar di tengah pandemi. Salah satunya terjadi di tempat tinggalnya di Yogyakarta, masih banyak orang keluar rumah dengan mudahnya. Banyak yang tidak memakai masker, bahkan keluar tanpa alasan yang mendesak.

"Jika dilihat, masyarakat juga bosan karena terlalu lama di rumah, sehingga ada dorongan keluar rumah" kata dia. Mereka yang melakukan perbuatan karena menuruti keinginannya saja itu yang berbahaya.

Menurut Faturochman masyarakat Indonesia bukan orang yang patuh. "Kita sudah lama bertransisi antara ditekankan kepatuhan zaman Orde Baru ke kepatuhan bertanggungjawab, kemudian ke demokrasi. Itu kita belum sampai ke sana," katanya.

Dengan sejumlah kejadian di atas, tentunya membuat para tenaga medis jengkel. "Seandainya PSBB dijalankan semua saling mendukung saya yakin baik baik saja," imbuhnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ramai Tagar "Indonesia Terserah", Apakah Tenaga Medis Menyerah? "

Post a Comment for "Viralnya Tulisan ' Indonesia??? Terserah!!! ', Apakah Tenaga Medis Menyerah?"